“Pasar Pinus Desa Burno menjadi salah
satu atraksi wisata yang kami siapkan untuk wisatawan, sehingga menambah paket
eduwisata yang sudah ada. Idenya datang saat diskusi Kelompok Riset Disater and Emergency
Nursing Studies atau KeRis Densus dengan para warga Desa Burno. Akhirnya
tercetus membuat Pasar Pinus di lokasi rest
area Siti Sundari yang juga dipakai sebagai lokasi kegiatan out bond. Kita namakan Pasar Pinus
karena rest area Siti Sundari adalah
areal hutan yang dipenuhi pohon pinus. Harapannya Pasar Pinus yang digelar
setiap hari Minggu akan menambah pemasukan bagi warga, dan wahana promosi
produk Desa Burno,” jelas Suhari, ketua KeRis Densus saat ditemui di
Universitas Jember Kampus Lumajang (30/1).
Menurut Rezki Dwi Febrian Sari,
penanggungjawab Pasar Pinus, konsep yang diusung adalah pasar yang mengangkat
produk lokal. Produk yang dijual adalah makanan dan penganan asli produk warga
Desa Burno dan penganan khas desa lainnya. Semisal kripik pisang, kripik
singkong, kripik telo, sawut dan lainnya. Ada pula produk hortikultura seperti
pisang Agung, pisang Mas Kirana, kaktus sukulen, bawang prei, dan seledri. Produk kreatif
warga Desa Burno pun ada seperti susu kambing Senduro segar, sabun susu kambing Senduro, madu hutan, dan kopi robusta. “Keunikan Pasar Pinus adalah alat
pembayaran menggunakan buah pinus yang kita hargai lima ribu rupiah, sementara
penjualnya memakai pakaian Djadoel. Alhamdulillah, hari Minggu lalu Pasar Pinus
mencatat transaksi sebesar enam setengah juta rupiah,” ungkap dosen yang
akrab dipanggil Sari ini.
Keunikan Pasar Pinus dan eksotika
keindahan rest area Siti Sundari
diakui oleh salah seorang wisatawan, Ardi Sutarto. Wisatawan asal Surabaya yang
hadir bersama keluarga memborong susu kambing Senduro dan aneka kripik. “Susu kambing Senduro-nya enak
dan lebih segar, apalagi banyak varian rasanya. Selain itu kami membeli produk
kripik, terutama kripik pisang Mas Kirana yang khas Desa Burno, rasanya enak
banget. Lain kali akan saya ajak keluarga besar dan kawan ke Desa Burno,
pemadangan alamnya indah, paket wisata yang disediakan pun beragam,” kata Ardi
Sutarto.
Keberadaan Eduwisata Desa Burno hasil
binaan Universitas Jember Kampus Lumajang disambut hangat oleh Sutondo, Kepala
Desa Burno. “Kami senang dengan keberadaan Eduwisata di desa kami, kami berjanji akan
terus berbenah dengan memperbaiki fasilitas yang masih kurang. Dan tentunya
kami berharap terus ada pembinaan dan pendampingan dari KeRis Densus
Universitas Jember Kampus Lumajang,” ujar Sutondo. Selain menampilkan
produk lokal, Pasar Pinus juga menyediakan berbagai dolanan ndeso seperti sepeda kayu, arena
berkemah, hammoch (tempat tidur gantung), dan lokasi untuk kegiatan out bond. Anak-anak pun diajak oleh para
pemandu wisata yang merupakan warga Desa Burno mengikuti berbagai permainan
anak yang menggugah kreasi. (UNEJ
Lumajang/ich)