Pewarta, Jakarta
- Loyalis Anak Negara Kesatuan Republik Indonesia (LA NKRI) bekerjasama dengan
Suara Negara Kesatuan Republik Indonesia (Suara NKRI) dan Gerakan Pemimpin
Bersih (GAPSI) mengadakan bakti sosial dengan membuka dapur umum bagi korban
bencana banjir di RT 12/11 Kelurahan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
Tujuan dibukanya dapur umum ini agar warga di
Kelurahan Rt 12/11 dapat terbantu dengan disalurkannya makanan, minuman dan
keperluan yang lainnya. Dapur umum ini telah dibuka dari kemarin, Sabtu, 5
Januari 2020 dan akan terus dibuka sampai situasi normal kembali.
Banjir yang terjadi pada hari pertama di bulan
Januari 2020 ini adalah banjir yang sangat dahsyat sekali yang dirasakan oleh
warga Rawa Buaya dan belum pernah terjadi di masa kepemimpinan Gubernur yang
sebelumnya.
Banjir yang terjadi kali ini sampai setinggi dada
orang dewasa, karena memang di wilayah ini dilewati kali Mookervart dan sungai
Cengkareng.
Salah satu warga RT 12/11, Suyanto, yang berhasil
ditemui oleh pewarta media ini mengatakan bahwa pada waktu Gubernur Ahok air
tidak sampai masuk ke pemukiman warga. "Jaman Gubernur Ahok, air tidak
sampai masuk pemukiman ini," ungkap Suyanto.
Pada kesempatan yang sama Ketua Umum LA NKRI Wikan
Selur mengatakan bahwa banjir yang sekarang ini adalah yang terburuk.
“Banjir di Jakarta memang sudah menjadi ‘agenda
tahunan’, tetapi ketika era Ahok-Jarot banjir yang ada surut dalam hitungan
jam. Tetapi banjir yang sekarang ini adalah yang terburuk dari yang sebelumnya.
Gubernur Anies tidak usah malu untuk mencontoh program penanggulangan banjir
Ahok. Rakyat Jakarta sudah lelah dan bosan dengan retorika Gubernur Anies
Baswedan,” kata Wikan Selur dengan semangat.
Senada dengan itu, Ketua Umum Dewan Pembina Gerakan
Pemimpin Bersih (GAPSI) yaitu Andreas Rehiary mengatakan bahwa program
naturalisasi yang menjadi program andalannya Gubernur Anies telah gagal.
“Gubernur Anies Baswedan telah gagal merealisasikan
program naturalisasi yang menjadi program andalannya dalam mengatasi banjir
Jakarta, Oleh karena itu Gubernur Anies Baswedan seharusnya punya rasa malu dan
mengundurkan diri sebagai Gubernur Jakarta. Sehingga memberikan kesempatan bagi
orang-orang yang berkompeten untuk memimpin Jakarta dan menyelesaikan persoalan
banjir yang makin parah dan merugikan warga Jakarta,” jelas Andreas.
Andreas pun sependapat dengan Suyanto bahwa sewaktu
Gubernur Ahok dalam waktu satu jam air sudah kering dan titik banjir berkurang.
“Namun pada kepemimpinan Gubernur Anies berhari-hari banjir dan genangan air
tidak berkurang juga dan titik banjir semakin banyak,” tuturnya dengan
berapi-api.(JNY/Red)