Sleman - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar menjelaskan bahwa besaran dana desa yang
akan digelontorkan tidak akan mengalami banyak perubahan.
Hanya saja yang
berbeda adalah fokus pemanfaatannya akan lebih banyak diserap ke penguatan
Sumber Daya Manusia (SDM). Hal tersebut disampaikan dalam audiensi dan
silaturahmi di Balai besar Latihan Masyarakat (BBLM) Yogyakarta, Selasa
(29/10/2019)
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar mengatakan presiden menghendaki
adanya pergeseran pendulum di mana sebelumnya fokus ke pembangunan
infrastruktur, maka di periode kali ini visi misi presiden adalah penguatan SDM
dan masalah ekonomi kerakyatan.
Namun bukan berarti pembangunan infrastruktur akan ditinggalkan.
“Penguatan SDM
seperti pelatihan, tapi tidak sekedar bicara skill, tapi sistem nilai dan
karakter building. Pokoknya semua hal yang terkait dengan membangun manusia
paripurna itu masuk dalam kategori penguatan SDM,” tuturnya.
Dengan perubahan
pendulum yang difokuskan ke penguatan SDM maka pihaknya akan lebih banyak ke
pemanfaatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang akan dijadikan skala
prioritas.
Dikatakannya,
kehadiran BUMDes erat kaitannya dengan ekonomi kerakyatan
Dari BUMDes
turut membuka lapangan pekerjaan baru
“Dengan
perubahan prioritas dari infrastruktur ke penguatan SDM, akan banyak penguatan
ke BUMDes,” imbuhnya.
Dia menyebut
jenis BUMDes yang telah tumbuh dan berkembang sangat banyak seperti di sektor
pariwisata, pertanian maupun sektor lain.
Dia mencontohkan
pada sektor pariwisata, di mana Presiden telah mencanangkan destinasi
pariwisata super prioritas yakni Toba, Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur dan
Likupang.
Kehadiran
destinasi wisata unggulan tersebut bisa dimanfaatkan oleh desa yang berada di
sekitarnya dengan membangun desa wisata.
“Dalam
perjalanan menuju destinasi wisata itu bisa dikembangkan desa wisata dengan
dikelola BUMDes. Ini juga meningkatkan ekonomi kerakyatan,” tuturnya.
Sementara itu
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan untuk penguatan SDM telah dilakukan
pelatihan yang diberikan oleh Balai Besar Latihan Masyarakat (BBLM) Yogyakarta
untuk warga Sleman.
Dan dari tahun
2015 hingga tahun 2019 sebanyak 340 orang alumni.
Ia menjelaskan
pelatihan yang diberikan oleh BBLM Yogyakarta pada dua tahun terakhir, lebih
menitik beratkan kepada pelatihan yang berorientasi terhadap peningkatan
produktivitas dan penjualan seperti pelatihan pengelolaan Bumdes dan pelatihan
kader pemberdayaan masyarakat desa, pelatihan e-commerce.
“Kontribusi BBLM
Yogyakarta dalam program pemberdayaan masyarakat desa di Kabupaten Sleman
utamanya dalam pengelolaan dan pemanfaatan dana desa sangatlah besar,”
jelasnya.
Melalui
pelatihan di BBLM maupun pelatihan yang menggunakan dana desa atau APBDes,
disebutnya sangat membantu percepatan realisasi pemanfaatan dana desa,
khususnya untuk menciptakan ruang wirausaha dan pengembangan BUMDes-BUMDes di
Kabupaten Sleman sebagai pengungkit perekonomian desa.
Lebih lanjut ia
mengatakan, pihaknya berharap agar 86 desa yang ada di Sleman memiliki BUMDes
masing-masing.
Pada saat ini di
Kabupaten Sleman terdapat tidak kurang dari 40 BUMDes.
Dan rata-rata BUMDes di Sleman bergerak di sektor pariwisata,
tani, dan pengelolaan sampah.
Salah satu
BUMDes yang cukup berhasil dalam mengembangkan potensi yang ada di desa
tersebut adalah BUMDes Sambimulyo yang mengelola Tebing Breksi menjadi salah
satu destinasi wisata yang cukup terkenal di Kabupaten Sleman.
“Destinasi
wisata tebing breksi menyerap tenaga kerja sebanyak 300 orang dari masyarakat
sekitar. Ini dapat mengurangi jumlah pengangguran termasuk mengurangi
masyarakat desa pindah ke kota,” ujarnya.
Contoh lainnya
adalah Puri Mataram yang dikelola oleh BUMDes Tridadi Makmur dan telah menyerap
100 tenaga kerja.
Ketua BUMDes
Tridadi Makmur, Agus Choliq mengatakan pihaknya memiliki dua unit usaha, yakni
budi daya tanamam hias dan Puri Mataram. “Alhamdulilah
sudah memproduksi ribuan tanaman hias dan sudah ada tawaran ekspor. Tapi karena
produksi belum mencukupi maka ekspor ditunda tahun depan,” bebernya.
“Juga ada Puri
Mataram yang di tahun pertama di tahun 2018 kita mendapatkan omzet Rp 1,9
miliar dan di tahun 2019 dari Januari sampai sekarang omzet kita sudah naik
menjadi Rp 4,5 miliar,” jelasnya.(red)