PEWARTA, MAGETAN – Ratusan massa Gerakan Ummat Islam Bersatu (GUIB) Magetan geruduk Gedung DPRD Magetan, Jum’at siang (04/10/2019), mereka menuntut Presiden Joko Widodo untuk segera menuntaskan kasus kerusuhan di Papua. “Kami mewakili ummat Islam Magetan menuntut agar pemerintah melalui aparat keamanan segera menangkap aktor intektual dan seluruh pelaku kerusuhan Papua, khususnya para perusuh Wamena. Kalau tidak bisa penuhi tuntutan ini lebih baik Presiden mundur dari jabatannya,” ujar Ustadz Imam Yudhianto, SH MM, Ketua GUIB Magetan.
Imam dalam orasinya mengatakan, bahwa pelaku kerusuhan dan pembunuhan muslim Wamena dan di Jayawijaya telah melanggar HAM berat. Dan sangat disayangkan kejadian tersebut seolah dibiarkan oleh pemerintah. Padahal kalau pemerintah mau mencegah terjadi kasus pembantaian tersebut tentu bisa dilakukan. Pemerintah punya perangkat intelijen seperti BIN, Bais dan Intel Kepolisian untuk mencegah kerusuhan dan pembunuhan tersebut. "Salah satu tugas intelijen adalah melakukan pengumpulan bahan keterangan terhadap kondisi yang akan terjadi, nah dalam kasus ini kok sampai intelijen nggak tau ya, kan aneh, apalagi sebelum kejadian pembantaian itutelah terjadi demonstrasi besar-besar, dan sudah isu rasisme sudah mencuat saat demo itu," ungkap Imam yang juga Ketua Pemuda Muhammadiyah Magetan, penuh ekspresi.
Dengan gagalnya penanganan kerusuhan ini membuktikan pemerintahan Presiden Jokowi tidak dapat memberi perlindungan hak hidup dan kenyamanan kepada rakyatnya dan ini adalah wujud pembiaran."Sudah mafhum bahwa tugas pemerintah sesuai undang undang adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Saya yakin kalau kejadian ini terjadi di Jepang, Perdana Menteri dan jajarannya pasti akan mengundurkan diri dari jabatan, sebab rasa malu karena gagal melindungi rakyatnya," imbuhnya.
Dalam orasinya yang berapi api itu, Imam menandaskan, “Disini kita menuntut tegaknya keadilan, para Da’i Guru Ngaji, saudara saudara kita sesama muslim di Papua telah tertumpah darahnya, kalau memang pemerintah sudah tidak mampu mengatasi, kita siap jihad ke Papua. Isy Kariman Au Mut Syahidan, Hidup Mulia atau Mati Syahid,” ujar Imam kemudian disusul takbir berkali-kali oleh peserta Aksi.
Taufan HK, Koordinator Laskar Ammar Ma’ruf Nahi Munkar GUIB Magetan, dalam orasinya menuntut pemerintah segera melakukan pemulihan kondisi di Wamena dengan pendekatan humanis kepada para korban, dan melakukan investigasi dan penegakan hukum kepada para pelaku kerusuhan dan pembunuhan. “Penegakan hukum yang lemah atau yang berlebihan akan berdampak kepada stabilitas keamanan negara dan memicu konflik horizontal. Pemerintah harus tepat dan trengginas dalam bertindak agar tidak terulang lagi kejadian seperti ini,” tukasnya.
Aksi Solidaritas yang dilakukan sejak pukul 13.30 akhirnya berakhir tepat pukul 15.00 WIB ditutup dengan penggalangan dana solidaritas untuk wamena, dan doa bersama yang dipandu oleh Ustadz Heru Abu Yusuf Al Maghtani. “Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan para korban, menjaga keluarganya yang tersisa, dan senantiasa menyatukan kaum muslimin untuk bangkit menegakkan agama,” untainya dalam doa yang diamini oleh seluruh peserta Aksi.
Dari pantauan wartawan, aksi solidaritas GUIB kali ini, diikuti oleh berbagai elemen ormas, dan ponpes se-kabupaten Magetan. Nampak hadir para santri dari Ma’had Ar Rosyidah, Al Muslimun, Daarul Wahyain, Ibadurrahman, Hidayatullah, Al Ikhlash, Darul Ulum, Cokrokretopati Takeran, dari KOKAM Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ormas OI Bersatu, FKAM, Madina, Dewan Dakwah Islamiyyah, IKADI dan beberapa elemen lainnya, termasuk para ta’mir masjid mushola yang menjadi binaan GUIB Magetan. (red)