Pacitan, Pewarta - Dampak bencana alam 27, 28 November 2017 Tahun lalu masih meninggalkan bekas pilu, warga masyarakat Kabupaten Pacitan tepatnya di Dusun Mendole Rt 001.Rw 003, Desa Sirnobyo, Kecamatan Pacitan dan sekitarnya.
Tanggul yang menjadi penghadang aliran air berdekatan dengan rumah warga tinggal 150 cm. akibat terkikisnya air sungai gerindulu sangat memungkinkan jebol, setiap rintikan air yang menetes menjadikan kekhawatiran akan terjadinya banjir yang lebih besar. namun selama ini sama sekali belum tersentuh oleh Pemerintah Daerah maupun BBWS Bengawan Solo. Sabtu (23/02/2019).
Harapan besar masyarakat agar Pemerintah Daerah dengan BBWS Bengawan Solo, segera ada solusi agar kejadian tahun lalu tak menimpa kembali.
Tanggul yang menjadi penghadang aliran air berdekatan dengan rumah warga tinggal 150 cm. akibat terkikisnya air sungai gerindulu sangat memungkinkan jebol, setiap rintikan air yang menetes menjadikan kekhawatiran akan terjadinya banjir yang lebih besar. namun selama ini sama sekali belum tersentuh oleh Pemerintah Daerah maupun BBWS Bengawan Solo. Sabtu (23/02/2019).
Harapan besar masyarakat agar Pemerintah Daerah dengan BBWS Bengawan Solo, segera ada solusi agar kejadian tahun lalu tak menimpa kembali.
Hal demikian disampaikan Wiwit warga Masyarakat mendole "belum ada selama ini penanganan dari pemerintah yang menangani tanggul ini, kami sangat kawatir kejadian yang lalu terulang kembali" ungkap warga kepada pewarta.
Sementara Ketua Rt 001 Hadi Prayetno mengatakan tanggul yang terkikis tersebut dahulu kala mempunyai ketebalan 300 cm, namun akibat bencana tahun lalu dan semakin melebarnya aliran air semakin habis.
"Dulu tebal mas, tapi sekarang tinggal segitu"katanya.
Lebih lanjut Hadi Prayetno mengatakan sudah beberapa kali tanggul tepat dibelakang rumahnya itu disurve oleh pemerintah atau BBWS Bengawan solo, namun ia menyayangkan hingga saat ini belum ada penanganan.
"Dulu sudah disurve oleh Bengawan Solo, tapi sampai saat ini belum ada penanganan"jelasnya.
Bahkan saat dikonfirmasikan Hadi Prayetno Pemerintah Daerah dinilai seakan saling lempar tangung jawab. Sementara perkembangan penanganan pun belum jelas.
"ya mengatakan itu kewenangan Bengawan Solo akan tetapi kami sangat berharap kami sebagai warga semuanya elemen bisa bergerak bareng karena ini menyangkut ratusan warga bahkan madrasah dan yang lain" harapannya penuh ketulusan.
Meski beberapa waktu lalu pemerintah desa menormalisasikan sedimentasi yang ada saat ini kembali semula pasalnya tidak diberikan bronjong disetiap pinggiran aliran air.
Hingga kabar ini dirilis pihak BBWS Bengawan Solo, dan Dinas PUPR belum bisa dikonfirmasi untuk menjelaskan terkait kejadian tersebut.(rjh)
Sementara Ketua Rt 001 Hadi Prayetno mengatakan tanggul yang terkikis tersebut dahulu kala mempunyai ketebalan 300 cm, namun akibat bencana tahun lalu dan semakin melebarnya aliran air semakin habis.
"Dulu tebal mas, tapi sekarang tinggal segitu"katanya.
Lebih lanjut Hadi Prayetno mengatakan sudah beberapa kali tanggul tepat dibelakang rumahnya itu disurve oleh pemerintah atau BBWS Bengawan solo, namun ia menyayangkan hingga saat ini belum ada penanganan.
"Dulu sudah disurve oleh Bengawan Solo, tapi sampai saat ini belum ada penanganan"jelasnya.
Bahkan saat dikonfirmasikan Hadi Prayetno Pemerintah Daerah dinilai seakan saling lempar tangung jawab. Sementara perkembangan penanganan pun belum jelas.
"ya mengatakan itu kewenangan Bengawan Solo akan tetapi kami sangat berharap kami sebagai warga semuanya elemen bisa bergerak bareng karena ini menyangkut ratusan warga bahkan madrasah dan yang lain" harapannya penuh ketulusan.
Meski beberapa waktu lalu pemerintah desa menormalisasikan sedimentasi yang ada saat ini kembali semula pasalnya tidak diberikan bronjong disetiap pinggiran aliran air.
Hingga kabar ini dirilis pihak BBWS Bengawan Solo, dan Dinas PUPR belum bisa dikonfirmasi untuk menjelaskan terkait kejadian tersebut.(rjh)