Heni Susanti |
Berawal dari hobi berkuliner, Heny Susanti melihat peluang meraup
pundi-pundi rupiah di bisnis ini. Meski mengaku awalnya ragu karena
dihantui bayang-bayang kegagalan, namun tekat kuat ibu dua anak ini
mampu menepis keraguan. Liku-liku usaha kuliner dijalaninya dengan
sepenuh hati. Kini, Heny menjadi seorang pengusaha kuliner yang cukup
dikenal di karesidenan Madiun, dan memiliki beberapa rumah makan.
Jarum jam masih menunjukkan pukul 08.15 WIB. Meski begitu, di sebuah
rumah makan bernama “Mahdowi” yang berada di pinggir jalan raya Maospati
tepatnya sebelah utara Lanud Iswahyudi, meja dan kursi sudah tertata
rapi. Pada dindingnya, terpampang beberapa jenis menu yang tersedia.
Seperti Soto Daging, Rawon, Ayam Penyet, Nasi Goreng, dan Bakmi Jowo.
“Baru buka nih. Silahkan duduk dulu ya,” kata seorang wanita dengan
ramah sembari mempersiapkan sesuatu dengan dibantu beberapa orang.
Wanita berparas cantik itu tak lain adalah Heny Susanti, pemilik
rumah makan Mahdowi ini. Sehari-hari, Heny dibantu enam orang karyawan
dalam menyajikan menu-menu andalan RM Mahdowi.
Ibu dua anak ini mengaku menggeluti bisnis kuliner dengan mendirikan
rumah makan sejak setahun yang lalu. Tak hanya Mahdowi, Heny juga
membuka dua kantin di RSAU Maospati.
Ia mengatakan, ide mendirikan rumah makan ini berawal dari hobinya
terhadap kuliner. Suatu hari usai makan di salah satu warung makan,
terbesit angan-angan untuk terjun pula di dunia kuliner karena melihat
peluang meraup pundi-pundi rupiah dalam bisnis ini.
Meski mengaku awalnya ragu karena dihantui bayang-bayang kegagalan,
namun tekat kuat ibu dua anak ini mampu menepis keraguan. Liku-liku
usaha kuliner dijalaninya dengan sepenuh hati.
“Sebenarnya nggak bisa masak. Dulu kerja di salah satu Bank di
Kalimantan selama 8 tahun. Karena ada suatu masalah, ya saya pilih
kembali dan itu menuntut saya harus melakukan manuver dengan uang yang
pas-pasan,” kata perempuan kelahiran Magetan, 11 Agustus 1978 ini.
Keuletan dan keseriusan Heny dalam berbisnis ternyata berbuah manis.
Setiap hari, warung makan miliknya selalu diserbu pengunjung.
Pundi-pundi keuntungan pun terus bertambah. Dalam sehari, kata Heny,
rata-rata omset mencapai antara Rp 2 juta sampai Rp 4 juta.
Bahkan, yang lebih membuatnya puas adalah bisa menciptakan lapangan pekerjaan sehingga bisa membantu perekonomian pekerjanya.
“Yang namanya usaha, harus disyukuri baik pas lagi ramai maupun sepi.
Dan jangan lupa berbagi kebaikan dengan siapa saja. Kalau ada rezeki
lebih, ya disisihkan untuk membantu sesama,” ungkapnya.
Ibunda Marsya Qimberlee dan Muhammad Ibrahimovic ini mengaku, sebagai
Single Parent dirinya bisa lebih mengontrol porsi antara kerja dengan
mendidik anak agar tetap seimbang. Tak pernah dia melewatkan satu hari
pun tanpa dijalani bersama kedua buah hatinya.
“Ya ngantar anak ke sekolah, les, jalan-jalan sama mereka ke tempat wisata. Semua harus balance lah,” pungkasnya. (ant/red)